(Bahan Materi) Teori Tipologi Adaptasi pada Sosiologi Perilaku Menyimpang
Hai pembaca blogger ku, pembahasan kali ini masih berkelanjutan dengan postingan sebelumnya yaitu masih membahas teori dalam sosiologi perilaku menyimpang, yaitu teori tipologi adaptasi.
Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton
mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut
teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang
konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam
struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan
tersebut adalah halhal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga
cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara
tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka
akan terjadi penyimpangan.
Dalam
hal ini Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap
situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan
pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang).
Perhatikan tabel di bawah ini.
1. Konformitas ( conformity ),
merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang
ditentukan oleh masyarakat. Misalnya Bambang belajar dengan
sungguh-sungguh agar nilai ulangannya bagus.
2. Inovasi ( inovation ), terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma dan kaidah yang berlaku. Misalnya untuk memperoleh nilai gelar sarjana, Arif tidak mengerjakan skripsi sendiri, melainkan melalui joki skripsi.
5. Pemberontakan ( rebellion ), terjadi apabila seseorang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain. Misalnya pemberontakan G 30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
2. Inovasi ( inovation ), terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma dan kaidah yang berlaku. Misalnya untuk memperoleh nilai gelar sarjana, Arif tidak mengerjakan skripsi sendiri, melainkan melalui joki skripsi.
3. Ritualisme ( ritualism ), terjadi apabila seseorang menerima
cara-cara yang diperkenankan secara kultural, namun menolak
tujuan-tujuan kebudayaan. Misalnya, walaupun tidak mempunyai keahlian
atau keterampilan di bidang komputer, Mita berusaha untuk mendapatkan
ijazah itu agar diterima kerja di perusahaan asing.
4. Pengasingan diri ( retreatism ), timbul apabila seseorang menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara-cara pencapaian tujuan tersebut. Dengan kata lain, pengasingan diri terjadi apabila nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat dicapai melalui cara-cara yang telah ditetapkan. Misalnya tindakan siswa yang membakar dirinya sendiri karena tidak lulus Ujian Akhir Nasional
4. Pengasingan diri ( retreatism ), timbul apabila seseorang menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara-cara pencapaian tujuan tersebut. Dengan kata lain, pengasingan diri terjadi apabila nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat dicapai melalui cara-cara yang telah ditetapkan. Misalnya tindakan siswa yang membakar dirinya sendiri karena tidak lulus Ujian Akhir Nasional
5. Pemberontakan ( rebellion ), terjadi apabila seseorang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain. Misalnya pemberontakan G 30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
Sekian pembahasan teori kedua, dan masih ada beberapa teori yang akan saya posting berikutnya.
Salam,
Sita Awalia S.
Komentar
Posting Komentar